November 20, 2007

Pengen Kuliah Ke Luar Negeri! kenapa?

dalam sebuah seminar pendidikan yang bertemakan beasiswa keluar negeri.. teman saya pernah bertanya. kenapa orang orang yang menengah keatas yang seringkali mendapat beasiswa... lalu pengisi seminar itu menjawab. kecenderungan orang kaya (mampu) akan lebih mudah mengakses segala keperluannya dalam mengikuti pendidikan akan lebih besar, dan satu hal yang penting, mereka tidak perlu memikirkan bagaimana harus makan esok hari, yang mereka harus lakukan hanyalah belajar dan belajar.

kenyataan yang ada di negara kita dan tidak boleh kita lupakan adalah tingkat buta huruf yang ada di Indonesia tercatat 10.5 % dari total penduduk indonesia atau sekitar 15,6 juta dari 217 juta penduduk Indonesia, 12 persen dari 15,6 juta terdapat di jawa barat. Bambang Sudibyo sendiri mengakui bahwa buta aksara berpotensi pada kemiskinan.

bagaimana berpotensi pada kemiskinan sedang mereka belum pernah berkecukupan?

kemiskinan adalah kenyataan hidup. Sampai Februari 2005, misalnya, 35,10 juta warga negara, artinya 15 persen dari 97 juta penduduk—membengkak menjadi 35,1 juta orang (15,97 persen) dari jumlah penduduk Indonesia—menderita kemiskinan. Jumlah itu meningkat menjadi 39,05 juta (17,97 persen) pada bulan Maret 2006. Merekalah orang miskin dengan biaya hidup di bawah Rp 14.000 per hari per orang, artinya per bulan Rp 420.000. Ketika kemiskinan diukur dengan biaya hidup sekitar Rp 18.000 per orang per hari, jumlah orang miskin Indonesia menjadi 108,78 juta atau sekitar 49 persen penduduk Indonesia.

Kalau data di atas disandingkan dengan data pengangguran, dua entitas yang punya relasi saling memengaruhi, dijumpai betapa negeri ini secara kualitatif merosot. Laporan PBB yang terakhir, Mei 2007, menyebutkan tingkat pengangguran di Indonesia merupakan yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Sepanjang tahun 2000-2006 tingkat pengangguran di sebagian besar negara ASEAN stabil atau menurun, sebaliknya di Indonesia naik dari 6 persen menjadi 10,4 persen.

lalu dimanakah permasalahannya pendidikan, ekonomi, atau kita hanya akan terus keluar dan jatuh pada dua lubang yang sama?

berbeda lagi ketika berkaca pada sekat sekat perguruan tinggi yang pada tataran subjektif adalah sebuah usaha untuk menaikan nilai jual diri, suatu kewajaran, bahwa ketika seseorang merasakan pendidikan yang lebih tinggi maka semakin besar gajinya dan tinggi derajatnya di lapisan strata sosial masyarakat. agama Islam pun mengakui bahwa akan ditinggikan derajat orang yang berilmu, tidak heran bila Nabi pun turut menguatkannya kembali dengan kata kata tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina, akan tetapi semua akan terpatahkan dengan orang yang berilmu tapi tidak diamalkan maka layaknya seperti pohon tak berbuah.

dalam sebuah acara di discovery channel, ada sebuah scene yang menarik tentang bangau yang kewalahan mencari ikan di sebuah danau di kawasan US, kebetulan danau itu adalah ruang publik yang dijadikan tempat refreshing bagi penduduk lokal. bangau itu memperhatikan seorang bapak dan anaknya melemparkan roti yang kemudian disantap oleh ikan, banyak ikan. sang bangau mendekat dan memungut sisa roti yang dijatuhkan oleh anak kecil tadi dan dilemparkan ke danau oleh bangau tersebut. ikan-ikan di danau kontan berebut roti tanpa peduli asalnya dari mana dan bangau pun dengan mudah menangkap ikan-ikan yang ada di kolam, hal ini tentu merupakan sebuah terobosan bagi sang bangau dalam tips menangkap ikan di danau akan tetapi apakah kontan semua bangau melakukan cara serupa? tentu tidak ilmu tersebut mati bersama matinya bangau itu. hal ini lah yang pada akhirnya menjadi faktor lain yang membedakan manusia dengan binatang. sama sama memiliki proses berfikir, akan tetapi manusia mewariskan dan menuliskan apa yang sudah ditemukannya.

lalu apa sebetulnya kekurangan kita, negara kita kaya bung! itulah yang menyebabkan londo (Belanda) mati-matian mempertahankan penjajahannya selama 3,5 abad. pendidikan? omong kosong. negara kita adalah negara dengan budaya timur, dan pola tolong menolong sangatlah kental, pekerja sosial walaupun tidak dominant tapi sangat diminati dalam mengisi waktu senggang. lalu apa sebenarnya kekurangan kita, walaupun sangat subjektif saya mengatakan bahwa kekurangan kita adalah kesempatan!

**jika anda menyukai artikel ini tolong pertimbangkan untuk mendaftar ke rss penuh saya. anda juga bisa mendaftarkan email anda dan post akan langsung terkirim ke inbox email anda.

7 komentar:

  1. pandiiii... ada PR dari gue.. ada di blog gue.. di kerjain, yah.. ;)

    BalasHapus
  2. wah kalo sumber daya manusianya nggak mungkin deh selama masih ada harapan orang - orang pasti nggak akan pasrah dan terus mengejar cita cita, dan awal dari sebuah harapan adalah kesempatan dan peluang

    BalasHapus
  3. maaf aja ni yah ndi... klo mnurut gw, kekurangan kita ya ada di mental SDM-nya.
    bukan rahasia klo org Indonesia tuh banyak yg males dan lebih sng nyari keuntungan buat diri sendiri. sekalinya ada org yg lurus...lama2 di tekan ama rekan kerjanya biar jadi sama busuknya.
    apalagi budaya ngaret kita..itu kayanya udah jadi stereotipe Indonesia bgt.
    trus klo ada org2 yg bibit unggul, alias pinter, ulet, rajin...pst ga dihargai ama bangsa kita sendiri..akhirnya dia kerja di luar negri. kesejahteraannya lebih terjamin klo di negri org...

    iya ga sih?
    ini sih penilaian subyektif gw doank..

    btw...ni artikel bneran lo yg nulis?hehehehh.... berat bgt...

    BalasHapus
  4. hehehe ada benernya juga kalo menurut mochtar lubis bukan menurut gw loo..

    10 karakter orang indonesia menurut mochtar lubis di pelajaran antropologi dulu itu.. lo masih inget kan..

    gw akan selalu bangga jadi orang indonesia seberapapun bobroknya negara ini, tapi ya gw nggak bakalan cuma diem. walaupun sekarang gw cenderung pasif turun ke jalan karena ngejar deadline kuliah. minimal gw bisa nulis nulis bagi bagi ilmu.. ya emang dah jadi rahasia umum kalo orang baik itu cuma ada di komik, jadi durno nggak jaman sekarang jadi bimo. tapi harus ada yang bertahan bukankah yin dan yang akan selalu terjaga..
    ada orang baik ada orang jahat, ada benar ada salah, ada langit ada bumi. sekarang pilihannya ada di tangan masing masing

    BalasHapus
  5. gua setuju ma lo pandi...........
    negara indonesia tetap yang terbaik sampai kapan pun.
    tapi saran gua kalo kita mau kul di luar negeri kita tinggalkan lah karakter yang pemalas dan yang ga baiknaya.....
    karena gua liat biarpun da kul di luar negeri tau tinggal di luar negeri gada bedanya sama yang di indo.......
    hidup di luar negeri ga enak coi......bagusan negara kita.

    09 Maret 2009 20:15:24

    BalasHapus
  6. @ anonim

    thanks for the comment, but kayaknya kalo nggak ada bedanya kok mereka yang tinggal disana betah-betah banget ya.. mungkin, kesempatan disana lebih besar kali ya makanya mereka betah ^_^

    BalasHapus