Agustus 06, 2008

Free Culture dot Org if you know the meaning of Free

Kemarin tepat tanggal 31 Juli 2008 resmi juga akhirnya ikutan jadi anggota free culture dot org sebuah komunitas pelajar yang khusus membahas tentang budaya "gratis" akan tetapi lebih condong ke dalam pembicaraan teknologi.

tentunya tiap malem ngumpul dong, tapi bukan di ym melainkan di IRC programnya enteng tapi gila.. wakakak ternyata gw asli gaptek. program yang selama ini buat iseng iseng doang, powerful abis. baru tau saya.

nah tapi karena disitu harus bawa kampus ya gw disitu masuk di chapter UIN Jakarta. so budaya gratis itu kayak apa sih sebenernya.. gratis bukan berarti urakan and lo bebas bikin sebanyak yang lo mau walaupun boleh ya hehe (contohnya email : sesuai kebutuhan aja nggak usah bikin ampe ribuan). tapi berusaha menjaga apa yang dah lo punya.

dalam hati minder juga karena kebanyakan yang nongkrong di room free culture itu anak TI semua. si conley dari Universitas di Virginia yang dah mulai deket juga anak TI tapi waktu terakhir ngobrol ternyata dia pernah mainin sebuah screenplay (drama pendek) asal Indonesia loch dan ternyata di dalam drama pendek itu dia dan temen-temennya harus ngucapain dialog dalam bahasa Indonesia. ternyata mereka juga suka budaya kita ya.. tapi kok herannya kita nggak ngejaga budaya kita.. so mulai di jaga yoo.. :)

3 komentar:

  1. Mas pandi,msh lom ngerti neh. mksd free dsna budaya gratis pa budaya bebas. tapi gw setuju untuk opini lo yang terakhir itu.
    Ngomong-ngomong malalah budaya, sebetulnya bisa saja kita jaga dan melestarikannya. tapi kita juga harus mengakui bahwa seluruh elemen yang ada dalam masyarakat tau bahwa perkembangan budaya, life style, tradisi di luar itu sangat bersinar. sehingga seluruh mata tertuju ksna(kan dah da intrnet) he...
    sementara, budaya kita ditinggalkan, ya... intinya skrg dah pada ngiblat ksna lah (shollat Kalle.. ngiblat)minimal budaya kita itu harus selalu di update lah klw bhs anti vrs mah, spya laku dan tdk terkbr olh zaman. Contoh : Musik-musik kontemporer KRAKATAU yang selalu di gabungkan dngan musik tradisional. Kan rasanya jg laen., lebih punya teste!!! kenapa demikian? Karena RaSa aDalaH sEgalanya... (he.... iklan kupluk dah tuh...)
    saya yakin mas pandi sendiri lebih suka musik-musik dream theater daripada Gamelan jawa?!?! So, Kata Aa inget 3M! Mulai dari diri sendiri. 2M lagi serserahlah. yang penting itu. Oke ya Sip... thanx...

    BalasHapus
  2. iya maaf lupa masukin link dot org ama uin jkt free culturenya heheh nah sekarang baru udah :D

    BalasHapus
  3. Coba Mas pandi baca artikel saya, mudah2n bisa nambah opini dibognya buat para pembaca..
    BUDAYA BANGSA MULAI TERLUPAKAN
    (Stif)
    Derasnya arus globalisasi di Indonesia membuat kita tidak bisa memfilter budaya yang dating dari luar. Dari mulai gaya hidup, pergaulan, sampai kepada tata kesopanan.
    Sebagai contoh kecil kita lihat disekeliling kita, apakah generasi muda sekarang yang dalam hal ini sebagai pewaris dari budaya leluhur sudah menjadi cerminan dari budaya bangsa? Jawabannya tentu saja belum.
    Dari gaya hidup yang mulai jauh dari adat dan tradisi ketimuran merupakan sebuah bukti bahwa generasi muda belum mampu melestarikan budaya bangsa ini.
    Pergaulan generasi muda dewasa ini hampir semuanya berkiblat ke luar. Dari seni musik misalnya budaya Pop, Rock, Reggae, Punk, Underground, R n B, Heavy Metal, dan sudah sangat banyak lagi mengucur deras di penjuru tanah air ini, bagaimana dengan budaya bangsa kita? Mana kepedulian kita ?
    Budaya merupakan bagian dari identitas bangsa, tentu kita tidak ingin dikatakan bangsa yang tidak punya identitas.walaupun masih ada segelintir generasi muda yang berusaha melestarikan budaya bangsa. Tetapi kita harus punya keunikan bahwa inilah Indonesia dengan budayanya yang khas, dengan sendirinya martabat bangsa akan terangkat.
    Mungkin kita cukup terhibur dengan banyaknya pertunjukan musik betemakan budaya bangsa seperti halnya acara yang diadakan di Auditorium Radio Republik Indonesia (RRI) yaitu konser Karawitan Muda Indonesia yang ke-2 (29/05) yang dimainkan oleh kaum muda dari sekolah Farabi, German School, dan Lembaga Kesenian Saraswati yang membawakan tembang Yaduya dan Jauger Bali. Tetapi apakah kaum muda itu sudah menghayatinya dan menanamkan dalam jiwa bahwa inilah budaya bangsa kita!
    Fenomena kaum muda dewasa ini menanggapi tradisi bangsa tidak jauh sebagai sebuah karya orang dulu yang hanya bisa dikenang.

    BalasHapus